Rabu, 09 November 2011

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN “OUTBREEDING”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Outbreeding Inkompatibilitas adalah suatu keadaan dimana tidak terjadinya pembuahan antara sel telur dan sperma. Inkompatibilitas dapat disebabkan oleh beberapa factor, baik factor marfologi, genetik, maupun fisiologi. Factor marfologis yang dapat menyebabkan inkompatibilitas berkaitan dengan panjang pendeknya stamen dan stylus. Satu tipe yang mempunyai stylus panjang dan stamen pendek disebut pin, sebaliknya apabila stylus pendek dan stamen panjang disebut thrum.
Outbreeding genetic disebabkan beberapa indikasi antara lain pertumbuhan pollen menurun, pertumbuhan pollen normal tetapi tabung pollen terhambat dalam stylus, pollen tube tumbuh normal dan gamet mencapai ovule tetapi tidak terbentuk biji.
Factor fisiologis dapat juga menyebabkan terjadinya inkompatibilitas. Apabila stamen lebih dahulu matang daripada pistil disebut protandri, sebaliknya apabila pistil lebih dahulu matang daripada stamen disebut protogeni.
Pada pemuliaan tanaman konvensional, variabilitas genetic tanaman didapatkan melalui reproduksi sesual. Bunga sebagai alat reproduksi seksual mempunyai peran yang sangat penting. Dua bagian penting dari bunga secara langsung dilibatkan pada reproduksi seksual adalah benang sari (stamen) dan putik (pistil). Benang sari terdiri dari kepala sari (anther) yang berisi serbuk sari (pollen grains) dan, tangkai (fillamen). Putik terdiri dari kepala putik (stigma), tangkai putik (style), dan bakal buah (ovary). Stigma adalah sebagai penerima pollen, pollen akan berkecambah pada stigma dan masuk ke tangkai putik, akhirnya sampai ke ovary. Ovary mempunyai satu atau lebih bakal biji (ovule).
Organ reproduksi ditutupi satu atau lebih kelopak bunga (callix) dan tajuk atau mahkota (corolla). Callik terdiri dari beberapa kelopak (sepal) dan corolla terdiri dari beberapa helai tajuk (petal). Marfologi bunga dari suatu spesies akan menentukan apakah bunga tersebut self atau cross pollinated.
Selft –inkompatibilitas genetic disebabkan oleh beberapa indikasi antara lain: (1) pertumbuhan pollen menurun, (2) pertumbuhan pollen normal tapi tabung pollen terhambat dalam stylus dan (3) pollen tube tumbuh normal dan gamet mencapai ovul tetapi tidak terbentuk biji.
Tujuan pratikum : untuk mengenali struktur bunga tanaman yang mengalami outbreeding dan penyebab outbreeding.































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Outbreeding pada tanaman tingkat tinggi, yaitu untuk mencegah pembuahan sendiri. Berdasarkan marfologi bunga inkompatibilitas dibagi menjadi:
1. Inkompatibilitas Homomorfik : yaitu putik dan benang sari sama panjang.
a) Gametofitik
 Terhentinya pertumbuhan tabung tepung sari di dalam putik multi alel.
 Interaksi antara tepung sari yang haploid dengan sel-sel putik yang diploid.
 Jika alel tepung sari sama dengan alel putik, maka pertumbuhan tabung serbuk sari terhenti dan sebaliknya.
Pada system gametofit , inkompatibilitas terjadi bila serbuk sari dan kepala putik mempunyai alel yang sama. Contohnya persilangan gamet betina S1S2 x jantan S1S2 akan mengalami ketidak cocokkan (inkompatibilitas) karena serbuk sari itu akan membawasalah satu alel S1 atau S2 yang keduanya terdapat pula pada jaringan tangkai putik. Tetapi pada persilngan gamet betina S1S2 x jantan S1S3 akan lebih kompatibel dan menghasilkan keturunan S1S3 dan S2S3 karena gamet jantan membawa S3 yang dapat berfungsi secara normal. Persilangan resiprokal antara tanaman tersebut juga kompatibel dan menghasilkan keturunan S1S2 dan S1S3. secara teoritis persilangan alel yang homozigot tidak mungkin pada gametofit.. (James R.Welsh dan Johanis P.Mogea, 1991:63)

b) Sporofitik
Dikendalikan oleh alel dominant pada putik. Putik yang mempunyai alel tersebut maka pollen tidak dapat tumbuh.
System safrofit mengandung bentuk dominansi yaitu S1 yang dominant terhadap seluruh alel lain, S2 juga demikian kecuali terhadap S1 dan seterusnya. Ada mikrosporogenesis semua serbuk sari, sifat genotif akan muncul pada fenotif alel dominant pada jaringan jantan diploid. Misalnya, jantan S1 S2 akan menghasilkan fenotip S1, meskipun disana dijumpai genotip S2. pada gamet betina tidak dijumpai ekspresi dominant dan betina berfungsi sama seperti seperti system gametofit. Pada system saprofit, persilangan gamet betina S1 S2 x jantan S1 S3 adalah tidak cocok inkompatibel karena adanya efek dominansi pada jantan, bahwa kedua serbuk sari S1 dan S2 mempunyai fenotip S1¬. selama S1¬ besifat inkompatibel terhadap jaringan tangkai putik S1 S2 maka tidak akan terjadi pembuahan. Persilangan resiprok juga akan menghasilkan proses yang inkompatibel. (James R.Welsh dan Johanis P.Mogea, 1991:63)
Outbreeding dapat terjadi baik pada system gemotofit maupun sporofit. Perbedaan antara system saprofit dan gametofit terletak pada adanya beberapa alel S yang homozigot.

2. Outbreeding Heteromorfik.
Ada dua tipe:
a) Putik pendek dan benang sari panjang atau disebut pin.
b) Putik panjang dan benang sari pendek atau disebut thrum .
 Biji terbentuk jika dua tipe berlainan disilangkan
 Biji tidak terbentuk jika dua tipe yang sama disilangkan
 Tipe putik pendek dan benang sari panjang mempunyai alel S yang dominant dan heterozigot (Ss).
 Tipe putik panjang dan benang sari pendek selalu homozigot resesif (ss).
Tumbuhan bunga yang mempunyai bunga dengan pistil dan anter yang menghasilkan ovum maupun polen yang fertil dan viabel tidak selamanya dapat melakukan polinsi sendiri. Seandainya dapat melakukan polinasi tumbuhan tersebut tidak berhasil melakukan fertilisasi.
Hal ini disebabkan imkompatibilitas seksual pada tanaman tersebut sehingga polennya tidak dapat membuahi ovum. Inkompatibilitas seksual dibedakan menjadi dua:
1) interspesifik
2) intraspesifik.
Outbreeding intra spesifik disebut self-incompatibility (inkompatibilitass sendiri), secaara morfologi ada 2 tipe self-incompatibility yaitu heteromorfi dan homomorfi. Jika inkompatibilitas homorfi ini disebabkan genotip dari gametogenotip disebut gametophyctic self-incompability (GSI), jika disebabkan genotip dari sporofitnya disebut sporofit self-incompability (SSI). Kemajuan teknologi pada saat ini telah menunjukkan keberhasilan dalam usaha menanggulangi masalah inkompatibilitas seksual pada beberapa tumbuhan. (Subag Sistem Informasi BAAKPSI UM, 2005.)
Misalnya pada tanaman Kakao (Theobroma cacao), secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.



























BAB III
METODELOGI

3.1 Bahan dan Alat
 Bahan yang digunakan adalah bunga dari beberapa spesies tanaman.
 Alat yang digunakan adalah pinset, kaca pembesar, cawan pertri.

3.2 Pelaksanaan
Menyediakan bunga mekar atau hampir mekar dari beberapa spesies tanaman

3.3 Pengamatan
 Untuk outbreeding yang disebabkan oleh factor marfologis, ukuran panjang stamen dan stilus, kemudian tentukan pin dan thrum.
 Untuk outbreeding yang disebabkan oleh factor fisiologis, catat selisih umur kematangan antara bunga jantan dan bunga betina.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN













































4.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum kali ini, dapat dilihat bahwa pada tanaman yang diamati terdapat perbedaan antara panjang pistil dan stemennya. Hal tersebutlah yang membuat terjadinya inkompatibilitas. Outbreeding dapat disebabkan oleh beberapa factor, baik factor marfologi, gemetik, maupun fisiologi. Factor marfologis yang dapat menyebabkan inkompatibilitas berkaitan dengan panjang pendeknya stamen dan stylus. Satu tipe yang mempunyai stylus panjang dan stamen pendek disebut pin, sebaliknya apabila stylus pendek dan stamen panjang disebut thrum.
Tanaman wedelia merupakan tanaman yang memiliki stamen panjang dan stylus pendek yang disebut “pin”.
Bunga kembang sepatu memliki pistil yang lebih panjang sedangkan stamen sedikit lebih pendek. Karena memiliki pistil yang panjang maka proses pembuahan akan memakan waktu yang sedikit lama. Karena jarak sel telur dari mulut pistil hingga ke dalam pangkal tempat sel telur sedikit jauh
Factor fisiologis dapat juga menyebabkan terjadinya inkompatibilitas. Apabila stamen lebih dahulu matang daripada pistil disebut protandri, sebaliknya apabila pistil lebih dahulu matang daripada stamen disebut protogeni.
















BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
 Dengan adanya perbedaan antara panjang pendeknya stilus dan stamen pada suatu tanaman, maka kita dapat mengenali penyebab terjadinya inkompatibilitas pada tanaman.
 Selain itu, faktor fisiologis juga mempengaruhi terjadinya inkompatibilitas pada tanaman sorgum yaitu stamennya lebih dahulu matang dari pistilnya atau disebut protandri.

0 comments:

Posting Komentar