Jumat, 13 Desember 2013

ILMU KONSERVASI TANAH DAN AIR ACARA II PENGUKURAN BEDA TINGGI DAN GARIS KONTUR

I. PENDAHULUAN Sama halnya seperti kemiringan lereng, beda tinggi dan garis kontur termasuk unsure topografi yang terjadi karena perubahan bentuk permukaan bumi akibat gaya-gaya yang berasal dari perut bumi (endogen) maupundari luar muka bumi (eksogen). Gaya endogen ini misalnya pergeseran magma, terjadinya patahan dan gempa bumi. Gaya eksogen berasal dari unsure iklim, terutama curah hujan dan angina yang menyebabkan proses erosi. Penentuan beda tinggi dan garis kontur penting dilakuakan karena sangat berguna dalam berbagai aktifitas pembangunan seperti pada bidang keteknikan, pertanian dan sebagainya. Dalam bidang keteknikan misalnya dalam pembangunan gedung-gedung, jalan, jembatan, jaringan irigasi. Dibidang pertanian terutama dalam bidang konservasi tanah dan air, menentukan jalur pengolahan lahan, barisan tanaman, pembuatan teras dan lain sebagainya. Beda tinggi adalah jarak vertical antara dua titik di permukaan bumi. Garis kontur merupakan garis yang menghubunglan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama di atas permukaan laut. Satuan untuk beda tinggi adalah meter sedangkan garis kontur tidak memiliki satuan., tetapi bias digambarkan atau dipetakan. Peta yang menggambarkan letak garis kontur disebut peta kontur, kadang-kadang orang menyebutnya peta topografi karena tiga unsure topografi beda tinggi, kemiringan lereng, dan garis kontur dapat diamati sekaligus. Topografi merupakan bentuk permukaan bumi dipandang dari beda tinggi dan kemiringan lereng. Di dalam suatu topografi, garis-gsris komtur yang rapat menggambarkan bentuk topografi bergunung., bentuk garis kontur yang sedang menggambarkan bentuk topografi bergelombang atau bukit, sedangkan jarak yang berjauhan menggambarkan bentuk topografi yang datar. Garis kontur di peta kontur merupakan garis lurus untuk kemiringan lereng yang seragam dan datar, dan berupa garis lengkung untuk permukaan tanah yang tidak seragam, misalnya permukaan cembung, cekung dam melengkung. Peta topografi dibuat berdasarkan hasil pengukuran lapangan atau dapat juga melalui potret udara. Sebaliknya peta kontur dapat juga digunakan untuk mengukur kemiringan lereng dan beda tinggi. Perlu diingat bahwa beda tinggi antara dua garis kontur dilapangan adalah setengah dari sekala peta, misalnya beda tinggi antara dua garis kontu dilapangan dari peta topografi bersekala 50.000 = 25 m. jarak antara dua garis kontur dilapangan sama dengan jarak garis kontur dipeta kali sekala peta, misalnya jarak antara garis kontur di pete 1.5 mm, maka jarak antara garis kontur dilapangan adalah 1.5 mm  50.000 = 75 m. Besar sudut lereng dapat dihitung dengan menggunakan rumus: sin  = beda tinggi / jarak antara dua garis kontur dilapangan. Beda tinggi dan jarak antara garis kontur dilapangan masing-masing diketahui, dengan menggunakan kalkulator, maka sudut  = sudut lereng dapat dicari. Beda tinggi dapat diukur atau ditetapkan dengan beberapa metode atau alat, misalnya secara konvensional dengan menggunakan alat tipe A, slang plastic, dan secara moderen dengan menggunakan alat theodolit, kompat dll. Dalam praktikum kali ini digunakan metode konvensional yaitu dengan alat tipe A. II. TUJUAN 1. Menentukan garis kontur dan beda tinggi 2. Menggambarkan atau memetakan garis kontur III. BAHAN DAN ALAT • 2 potong bamboo kecil panjang 2 meter • 2 potong kayu kecil panjang 50 cm dan 30 cm • Benang • Busur derajad • Mistar • Kalkulator • Patok kayu IV. PROSEDUR KERJA A. Penentuan Garis Kontur 1. Menegakan salah satu kaki alat tipe A di titi A dan kaki lainnya dititik B sehingga benang gandul tegak lurus dengan palang penyangga 2. Memindahkan kaki alat tipe A dari titik A ke titik B dan dari titik B ke titik C dengan kedudukan benang silang tetap tegak lurus dengan palang penyangga 3. Memindahan dengan cara yang sama seperti point 2 dapat dilakukan ke titik D, E dan F, agar titik-titik tersebut tidak hilang beri tanda dengan menggunakan patok kecil 4. Menggambar titik A, B, C, D, E dan F di atas kertas gambar atau kertas kosong dan hubungakan dengan garis sehingga membentuk garis kontur sebut garis 1 5. Memindahkan alat tipe A ke bagian atas lereng tepatnya di batas lereng bagian atas dan lakukan pekerjaan yang sama seperti point 1 s/d 4 6. Melanjutkan pekerjaan yang sama seperti point 1 s/d 4 secara berurutan sebanyak 4 kali, tetapi dengan kemiringan lereng berbeda dan plotkan datanya di atas kertas sebagai lanjutan point 4 B. Penentuan Beda Tinggi 1. Mengukur besar sudut lereng antara dua garis kontur, prosedur pengukuran lihat acara 1 dan memasukan datanya ke dalam lembar kerja 2.1, misaknya besar sudut itu = , , λ,  2. Mengukur jarak antara dua garis kontur dan masukan datanya ke dalam lembar krrja 2.2, misalnya jarak masing-masing = a, b, c, dan d 3. Menghitiung beda tinggi dengan rumus sin  = beda tinggi / jarak antara dia garis kontur . Karena besar sudut  diketahui, sin  diberi dengan kalkulator, jarak antara dua garis kontur diketahui, maka beda tinggi dapat dihitung. 4. Menghitung beda tinggi untuk semua jarak antara dua garis kontur dan memasukan datanya kedalam lembar kerja 2.2 sket penentuan garis kontur dilapangan seperti terlihat pada gamber berikut: V. HASIL PENGAMATAN Acara : Pengukuran kemiringan lereng Lokasi : Depan ladoratorium tanah UNIB Hari/tanggal : Rabu, 13 November 2008 Jam : 12.00 Wib Kelompok : Tiga Nama Praktikuan : 1. Trio Meidiansyah 2. Gunario Satria 3. Agung Tustiana 4. Duvebrian 5. Lidia Siska 6. Ratna Dwi Novianti Tabel pengamatan 2.1 No. Alat Pengukuran ke Jarak Sudut Lereng E-F1= a (cm) D-E=b(cm) TgF1DE.100% = a/b.100% (O) (%) 1. Alat Tipe A 1 1.0 5 20 11.30 20 2 0.5 5 10 5.31 10 3 0.2 5 4 2.29 4 4 5 Tabel pengamatan 2.2 No Alat Pengukuran ke garis Kontur Jarak antar garis kontur (m) Lereng antar garis kontur (%) Bedfa Tinggi (m) Alat tipe A 1 L l-m: 1 l-m: 0.196 l-m: 0.196 2 M m-n: 1 m-n: 0.099 m-n: 0.099 3 N n-o: 1 n-o: 0.039 n-o: 0.039 4 O o-p: o-p: o-p: 5 VI. PEMBAHSAN Praktikum pengukuran tinggi dan garis kontur ini dilakuakn di sekitar Universitas Bengkulu tepatnua di depan laboratoriun Ilmu tanah Universitas Bengkulu, Dalam praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menetapkan dan memetakan beda tinggi dan garis kontur pada sebidang lahan. Untuk mengetahui garis kontur dan beda tinggi kali ini digunakan alat tipe A. Melalui alat ini kita dapat menentukan titik-titik yang kemudian akan digunakan untuk menggambarkan garis kontur dan menghitung beda tinggi pada sebidang lahan. Untuk menentukan garis kontur dan beda tinggi dilakukan perhitungan dari data yang diperoleh dari penggunaan alat tipe A, perhitungan tersebut antara lain: Perhitungan % lereng pada alat tipe A Tan F1DE . 100% = a / b . 100% 1.0 / 5 . 100% = 20% 0.5 / 5 . 100% = 10% 0.2 / 5 . 100% = 4% Perhitungan persen sudut lereng pada alat tipe A Sift tan a / b Sift tan 1.0 / 5 = 11.300 Sift tan 0.5 / 5 = 5.710 Sift tan 0.2 / 5 = 2.290 Perhitungan lereng antar garis kontur Sin sudut lereng Sin 11.30 = 0.196% (l-m) Sin 5.71 = 0.099% (m-n) Sin 2.29 = 0.039% (n-o) Perhitungan meda tinggi (meter) Beda tinggi = lereng anata garis kontur  jarak antar garis kontur Beda tinggi = 0.196  1 = 0.196 (l-m) Beda tinggi = 0.099  1 = 0.099 (m-n) Beda tinggi = 0.039  1 = 0.039 (n-o) Dari hasil pengukuran dengan menggunakan alat tipe A didapat beberapa titik dan kemudian titik-titik tersebut dapat digambarkan atau dipetakan yaitu sebagai berikut: Jarak antara titik l-m = m-n = n-o yaitu satu meter, sedangkan beda tinggi antara titik l-m sebesar 0.196 meter, titik m-n sebesar 0.099 meter dan beda tinggi antara titik n-o sekitar 0.039 meter. Kita dapat mengartikan kontur sebagai garis hubung antara titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Jadi tinggi antara l-m sepanjang garis sama dari titik A hingga F meskipun jarak antara titik atau garis tersebut berbeda. Begitu pula untuk beda tinggi antara titik m-n dan n-o masing-masing memiliki beda tinggi yang sama sepanjang garis kontur yaitu sesuai dengan hasil perhitungan masing-masing beda tinggi diatas. Garis yang dimaksud disini adalah garis khayal yang dibuat untuk menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Walaupun garis tersebut mengubungkan antara dua titik, namum bentuk dan polanya tidak merupakan garis patah-patah. Garis-garis tersebut dihaluskan (smoothing) untuk membuat kontur menjadi “luwes” atau tidak kaku. Kontur mempunyai beberapa sifat, diantaranya adalah sebagai berikut : • Kontur tidak mungkin bercabang • Kontur selalu menutup bentuknya. Menutupnya dapat di dalam muka peta ataupun diluar. Jika menutupnya diluar, maka pada muka peta terlihat kontur itu tidak menutup • Interval kontur dimaksudkan sebagai beda harga antara dua kontur yang terdekat • Daerah yang datar akan mempunyai kontur yang jarang. • Daerah yang terjal (curam) akan mempunyai kontur yang rapat yang jarang. VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan • Setiap tempat memiliki kemiringan lereng yang berbeda sehingga memiliki bedaa tinggi dan garis kontur yang berbeda pula. • Penentuan beda tinggi dan garis kontur dapat dilakukan dengan menggunakan alat tipe A, metode ini merupakan metode yang konvensional. • Kemiringan kereng, beda tinggi dan garis kontur merupakan suatu kesatuan bentuk topografi, sehingga untuk mengetahui beda tinggi suatu lahan dapat dilakukan dengan menentukan jarak garis kontur dan kemiringan lereng. Dimana beda tinggi dapat dicari dengan cara jarak garis kontur x sinus dari sudut lereng. • Kontur tidak mungkin bercabang, pada daerah yang datar akan mempunyai kontur yang jarang, sedangkan daerah yang terjal (curam) akan mempunyai kontur yang rapat. 7.2 Saran • Untuk menentukan titik-titik yang akan menggambarkan garis kontur dan beda tinggi dari suatu lahan kita harus teliti sehingga kesalahan dalam pemetaan dapat diperkecil • Paralatan yang digunakan untuk praktikum ini sebaiknya lebih banyak lagi sehingga tidak terjadi hambatan karena alat yang digunakan bergantian. Daftar Pustaka Brinker, R. C dan Wolf, Paul R. 1997. dasar-Dasar Pengukuran Tanah. Edisi ketujuh jilid 2. Jakarta: Erlangga. Kartasapoetra, dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air.Jakarta: Rineka Citra. M. Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi, Yogyakarta Seta, A.K. 1987. Konservasi Sumber Daya Tanah dan Air. Jakarta: Kalam Mulia. Saleh, Busri. 2008. Penuntun Praktikum Ilmu Konservasi Tanah dan Air. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Yuwono. 2004. Pengukuran dan Pemetaan Kota. Program studi Teknik Geodasi ITS Surabaya.

0 comments:

Posting Komentar