Home » Unlabelled » LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN OBAT DAN REMPAH “Pembuatan Pupuk Organik Cair”
Selasa, 05 Februari 2013
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN OBAT DAN REMPAH “Pembuatan Pupuk Organik Cair”
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pupuk bisa membantu menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Sayangnya pupuk kimia, yang banyak digunakan terus-menerus, malah membuat tanah menjadi keras dan petani terus tergantung pupuk kimia.
Saat ini masalah kerusakan lingkungan akibat pembangunan ekonomi selalu menjadi bahan perdebatan. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa makin meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka lingkungan hidup cenderung semakinrusak. Hal tersebut terjadi karenaeksploitasi terhadap sumber daya alam yang tidak terkendali dan buangan limbah yang meningkat. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Isi dari PP tersebut pada pokoknya mengatur bahwa kegiatan pembangunan ekonomi yang berisiko menimbulkan kerusakan lingkungan diharuskan membuat laporan AMDAL.
Perlindungan terhadap lingkungan secara tidak langsung juga terjadi dalam perdagangan dunia.Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggu¬naan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk mineral yang berasal dari pabrik ini akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia.
Berdasarkan hal tersebut makin berkembang alasan untuk mengurangi penggunaan pupuk mineral dan agar pembuatan pabrik-pabrik pupuk di dunia dikurangi atau dihentikan sama sekali agar manusia bisa terhindar dari malapetaka polusi. Upaya pembudidayaan tanaman dengan pertanian organik merupakan usaha untuk dapat mendapatkan bahan makanan tanpa penggunaan pupuk anorganik. Dengan sitem ini diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada masukan dari luar sehingga dalam kehidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup yang tertutup.
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kami ini adalah agar dapat membuat pupuk organik cair dari sisa tanaman.
II. METODELOGI
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang kami gunakan adalah:
• Sabut kelapa
• air
• Pisau/kater
• Nampan
• Timbangan duduk
• Ayakan/saringan
2.2 Cara Kerja
1. Sabut kelapa yang telah bebas dari daging buahnya di kumpulkan.
2. Dilakukan pengupasan terhadap kulit yang terluar sehingga yang tersisa adalah sabut.
3. Sabut kemudian dipotong-potong dengan ukuran 1-2 cm dan di pisah-pisahkan agar sabut tidak saling menyatu.
4. Sabut yang telah dipotong-potong dan dipisah-pisah direndam dengan air dan didiamkan selama 2 minggu.
5. Setelah 2 minggu terjadi perubahan warna air menjadi agak coklat dan dapat diaplikasikam pada tanaman.
6 Lalu air disaring agar sabut kelapanya tidak terikut.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Sejak dicetuskannya konsepsi tentang pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) pada tahun 1987 oleh World Commision on Environment and Development (WCED) mendorong sektor pertanian untuk melaksanakan sistem pertanian yang ramah lingkungan hal tersebut ditandai dengan berkembangnya sistem pertanian organik. Definisi pertanian/budidaya organik secara umum adalah cara budidaya yang hanya menggunakan masukan organik, bahan kimia sintetik seperti pestisida, pupuk kimia sintetik dan bahan kimia lainnya yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia tidak boleh digunakan (Jones dan Doolan, 1998).
Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Gaya hidup sehat seperti itu telah melembaga secara internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus ber-atribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah ling-
kungan (eco-labelling attributes). Adanya preferensi konsumen inilah yang menyebabkan perdagangan produk pertanian organik di dunia mencapai pangsa 20 % dengan permintaan terus meningkat sebesar 20 % per tahun. Oleh karena itu trend pada abad 21 adalah penyediaan pangan yang diproduksi dengan menghindari penggunaan pestisida dan pupuk kimia sintetis, termasuk zat pengatur tumbuh.
Suatu produk dapat diakui sebagai produk organik apabila telah diinspeksi dan disertifikasi oleh suatu lembaga sertifikasi resmi. Pemilihan lembaga sertifikasi tergantung ke negara mana produk tersebut akan diekspor. Budidaya organik di negara-negara maju telah lama dikembangkan, namun masih terbatas pada tanaman pangan dan sayuran. Peluang ekspor untuk produk organik masih terbuka lebar terutama untuk negara maju seperti Uni Eropah, Amerika dan Jepang (Jones dan Doolan, 1998). (Agus Ruhnayat , 2007)
Pupuk bisa membantu menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Sayangnya pupuk kimia, yang banyak digunakan terus-menerus, malah membuat tanah menjadi keras dan petani terus tergantung pupuk kimia. Ia mencoba terobosan baru yaitu membuat pupuk cair pengganti pupuk kimia KCl buatan pabrik. Hasilnya cukup memuaskan, pupuk cair spesial menggunakan sabut kelapa sebagai ganti pupuk KCl.
Aplikasi
1. Pupuk cair diberikan dua kali dalam satu musim tanam
2. Pertama sebagai pupuk dasar sebelum lahan ditanami atau pada fase pengolahan tanah
3. Kedua pupuk diberikan setelah padi memasuki masa primordia (awal tumbuh), dengan cara pupuk tanpa tambahan air disemprotkan pada batang padi.
Menurut Ali Mugni hasil panenan dari lahan yang menggunakan pupuk cair sabut kelapa sama dengan lahan yang menggunakan pupuk kimia KCl buatan pabrik. Keuntungan lahan menggunakan pupuk cair sabut kelapa, biaya produksi lebih sedikit karena tidak perlu keluar uang membeli pupuk KCl. (Harry Suryadi, 2007).
Banyak sifat baik pupuk organik terhadap kesuburan tanah antara lain ialah:
a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepas¬kan hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil.
b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.
c. Tanah lebih mudah diolah untuk tanah-tanah berat.
d. Meningkatkan daya menahan air (water holding capaci¬ty). Sehingga kamampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak. Kelengasan air tanah lebih terjaga.
e. Permeabilitas tanah menjadi lebih baik. Menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran), sebaliknya meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan).
f. Meningkatkan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation ) se¬hingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi, aki¬batnya apabila dipupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci.
g. Memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan ting¬kat tinggi maupun tingkat rendah ) menjadi lebih baik karena ketersediaan makan lebih terjamin.
h. Dapat meningkatkan daya sangga (buffering capasity) terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah.
i. Mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang berperanan dalam proses dekomposisi bahan organik.
Sedangkan sifat yang kurang baik dari pupuk organik adalah:
a. Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah. Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan, karena bila diberikan langsung ke dalam tanah maka bahan organik diserang oleh mikrobia (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh enersi. Sehingga populasi mikrobia yang tinggi memerlukan juga hara tanaman untuk tumbuhan dan kembang biak. Hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman berubah digunakan oleh mikrobia. Dengan kata lain mikrobia bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan hara yang ada. Hara menjadi tidak tersedia (unavailable) karena berubah dari senyawa anorganik menjadi senyawa organik jaringan mikrobia, hal ini disebut immobilisasi hara. Terjadinya immobilisasi hara tanaman bahkan sering menimbulkan adanya gejala defisiensi. Makin banyak bahan organik mentah diberikan ke dalam tanah makin tinggi populasi yang menyerangnya, makin banyak hara yang mengalami immobilisasi. Walaupun demikian nantinya bila mikrobia mati akan mengalami dekomposisi hara yang immobil tersebut berubah menjadi tersedia lagi. Jadi immobilasasi merupakan pengikatan hara tersedia menjadi tidak tersedia dalam jangka waktu relatif tidak terlalu lama
b. Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk bagi tanaman, hewan dan manusia.
Limbah sisa hasil pertanian cukup banyak terutama terdiri dari daun-daun, kulit biji (kopi, coklat, sabut kelapa) dari perkebu¬nan, jerami padi jagung, daun dari halaman/ pekarangan dan sebagainya. Bahan organik yang baru dikumpulkan umumnya masih segar dan mempunyai kisaran nisbah C/N sedang (± 35) untuk legum dan sangat tinggi (> 60) untuk kayu dan non legum. Sebelum digunakan bahan-bahan ini harus dikomposkan lebih dulu agar nisbah C/N nya turun menjadi ± 15. (© nasih@ugm.ac.id )
III. PEMBAHASAN.
Pada praktikum kami ini kami melakukan pembuatan pupuk cair organik yang memiliki bahan baku dari sabut kelapa, dalam pembuatan pupuk organic cair dari sabut kelapa sangatlah mudah, karena hanya menggunakan bahan-bahan yang cukup sederhana dan bahan-bahan tersebut sangat mudah untuk mendapatkannya.
Pembuatan pupuk organik cair ini dapat digunakan untuk mengantikan pupuk KCl sehingga dapat menekan biaya produksi, selaiin itu pupuk organic cair ini dapat dijadikan sebagai industri rumah tangga yang dapat menambah penghasilan rumah tangga.
Dalam praktikum ini kami hanya membuat pupuk organic cair secara sederhana, namun sebaiknya dalam pembuatan pupuk cair ini perlu diberikan mikro organisme agar proses pendekomposisian dari pada senyawa-senyawa yang ada didalam sabut kelapa lebih baik sehingga hasilnya tentunya akan lebih baik pula. Dalam pembuatan pupuk cair dari sabut kelapa kami menggunakan perbandingan antara sabut dan air adalah 1:4 yaitu sabut kelapanya sebanyak 1 kg dan air sebanyak 4 liter atau diperkirakan sampai sabut terbenam.
Sabut yang telah terbenam tersebut di simpan selama 2 minggu dan namapan ditutup agar tidak terjadi penguapan, setelah 2 minggu kami amati telah terjadi perubahan warna pada air dari sabut kelapa yaitu air berubah menjadi berwarna merah kecoklatan, dan air tersebut mengeluarkan aroma yamg tidak sedap, hal ini mungkin dikarenakan kerana telah terjadi pembusukan pada sabut kelapa akibat terendam selama 2 minggu sehingga terjadi perubahan warna dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
Setelah itu dilakukan penyaringan agar sabut kelapa tidak ikut pada saat pengaplikasian pupuk cair organic tersebut, setelah itu langsung kami aplikasikan kepada tanaman obat yang telah terlebih dahulu dipersiapkan, namun dalam aplikasinya kami tidak menggunakan takaran volume yang jelas, dan aplikasi hanya dilakukan satu kali, menurut refrensu bahwa pemberian pupuk cair ini adalah 2 kali dalam satu musim, sehingga dengan demikian tidak terlalu terlihat perubahan yang signifikan pada tanaman setelah diaplikasikan pupuk organic cair dari ampas kelapa tersebut. Selain itu waktu aplikasi yang kami lakukan adalah pada sore hari, padahal waktu aplikasi yang baik adalah pada pagi hari, sehingga pemberian pupuk pelengkap cair tersebut tidak efisien.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan maka kami dapat menyimpulkan:
Sabut kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan salah satu pembuatan pupuk cair secara organic.
Pupuk cair yang bersumber dari sabut kelapa mengandung KCL, selain dapat berguna untuk tanaman tapi pembutan pupuk cair ini dapat membersihkan lingkungan dan dapat menambah pendapat dari masyarakat.
Pembuatan pupuk cair ini sebaiknya diikuti dengan penambahan mikroorganisme atau senyawa lain agar proses dekomposisinya lebih baik dan hasil yang diperoleh lebih baik.
Aplikasi pupuk cair ini sebaikya dilakukan 2 kali dalam satu musim, dan waktu aplikasi yang paling baik adalah pada pagi hari.
DAFTAR PUSTAKA
Enoriah, E., Prasetyo, U. Siswanto. 2008. Penuntun Praktikum Produksi Tanaman Obat dan Rempah. FAPERTA UNIB, Bengkulu
Nasih. 2006. Pupuk organik. © nasih@ugm.ac.id Download 09-04-2009
Ruhnayat, Agus. 2007. Pemanfaatan pupuk bio dan pupuk alam untuk mendukung budidaya organik pada tanaman lada dan panili. http://balittro.litbang.deptan.go.id/pdf/edisikhusus/2007_01/edisi_khusus_2007_01_06.pdf download 09-04-2009
Suryad, Harry. 2007. Membuat pupuk cair sabut kelapa. Taruna Tani Syifa Herbal
LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN OBAT DAN REMPAH “Pembuatan Pupuk Organik Cair”
Reviewed by Robi Ari A
on Selasa, 05 Februari 2013
Rating: 4.5
0 comments:
Posting Komentar