Kamis, 23 Juni 2011

LAPORAN PRAKTIKUM AKLIMATISASI PLANLET KENTANG

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri
Perbanyakan kentang dengan kultur jaringan dilakukan untuk memproduksi bibit kentang berkualitas, bebas penyakit dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat. Teknik perbanyakan klonal yang digunakan ditujukan untuk memproduksi plantlet kentang atau umbi mikro kentang yang dapat digunakan langsung sebagai bibit dilapangan atau untuk memproduksi umbi bibit yang digunakan untuk penanaman kentang.
Metode yang umum digunakan untuk produksi plantlet dan umbi mikro kentang adalah teknik kultur meristem atau kultur satu mata tunas (single-node culture). Kultur meristem digunakan untuk produksi bibit kentang bebas virus.


1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cara mempersiapkan tanaman untuk diaklimatisasikan
2. Mengetahui cara mengaklimatisasikan tanaman hasil kultur jaringan dalam media aklimatisasi




II. TINJAUAN PUSTAKA

Kentang merupakan salah satu jenis tanaman yang telah lama diperbanyak dengan teknik kultur jaringan secara komersial. Perbanyakan kentang selama ini umumnya dilakukan dengan umbi bibit (tuber). Produksi umbi bibit dapat dilakukan sendiri oleh petani atau oleh produsen umbi bibit kentang. Umbi bibit yang digunakan oleh petani bervariasi kualitas, yaitu umbi bibit generasi F4 sampai F6. Kekurangan produksi umbi bibit ini dilapangan adalah kemungkinan infeksi umbi oleh patogen dan virus yang terbawa oleh organ vegetatif ini. Lahan pertanian kentang di Indonesia umumnya terinfeksi oleh virus. Virus yang terbawa oleh bibit kentang dapat menurunkan produkstivitas tanaman kentang sebesar 10 - 15 % per generasi.
Perbanyakan kentang dengan kultur jaringan dilakukan untuk memproduksi bibit kentang berkualitas, bebas penyakit dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat. Teknik perbanyakan klonal yang digunakan ditujukan untuk memproduksi plantlet kentang atau umbi mikro kentang yang dapat digunakan langsung sebagai bibit dilapangan atau untuk memproduksi umbi bibit yang digunakan untuk penanaman kentang.
Pekerjaan kultur jaringan meliputi: persiapan media, isolasi bahan tanam (eksplan), sterilisasi eksplan, inokulasi eksplan, aklimatisasi dan usaha pemindahan tanaman hasil kultur jaringan ke lapang. Pelaksana harus bekerja dengan teliti dan serius, karena setiap tahapan pekerjaan tersebut memerlukan penanganan tersendiri dengan dasar pengetahuan tersendiri
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman, berupa sel, jaringan ataupun organ dalam kondisi aseptic di laboratorium sehingga bagian tanaman tersebut memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap. “Jadi melalui kultur jaringan ini kita bisa menghasilkan ribuan tanaman dalam satu sel tanaman,”jelasnya.
Langkah pertama yang dilakukannya adalah survey lapangan untuk melihat tanaman kentang, hasilnya tampak beberapa tanaman yang tumbuh dengan bagus dan memiliki umbi yang tidak terserang hama dan penyakit yang kemudian dipilih sebagai sumber benih “Maka kita berinisitiap atau berpikir bahwa mungkin ada sesuatu yang dimiliki tanaman ini karena tanaman lain terserang sementara dia tidak terserang hama penyakit,”katanya.
Tanaman yang tidak terserang tersebut yang diambil umbinya, selanjutnya dilakukan uji hama dan penyakit di laboratorium Unhas, setelah diuji dan dianggap sudah bebas dari hama dan penyakit maka kemudian dilakukan penanaman dalam wadah polibag yang sudah tercampur dengan pupuk kandang.
Setelah tumbuh bagus, selanjutnya dipindahkan ditempat gelap dengan harapan agar pertumbuhan tanaman ruas akan mengalami pemajaman (etoloasi). Dengan cara tersebut perkembangan tanaman akan lebih cepat dibandingkan perkembangan virus yang hinggap ditanaman tersebut sehingga penyakit tidak terdapat dalam tanaman.
Pada saat itulah pucuk batang distek beberapa bagian lalu ditanam dalam botol yang telah berisi media MS (Murasiga Schokrosa) atau biasa dikenal dengan sebutan media agar-agar. Setelah selang beberapa hari stek tersebut dipindahkan ke media yang lebih besar untuk memperoleh lebih banyak tanaman hasil kultur jaringan yang juga telah berisi agar-agar. Kemudian stek dari kultur tersebut ditanam pada media arang sekam dan diaklimatisasi (disimpang) hingga 3 minggu sampai membentuk pucuk baru. Penanaman dari stek ke stek dilakukan hingga 3 kali agar memperoleh hasil yang lebih baik.
Selanjutnya tanaman diaklimatisasikan atau dipindahkan dari ruang yang serba diatur suhunya (full AC) di laboratorium biotek pertanian Universitas Hasanuddin ke green house di desa Loka Kabupaten Bantaeng yang sebagian suhunya masih dilakukan pengentrolan.










III. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah :
• Planlet kentang hasil kultur jaringan
• Aquades steril
• Media pasir steril
• Nutrisi (media MS dengan 50 kali pengenceran)
Alat yang digunakan adalah :
• Gelas plastic aqua,
• Spet,
• Pinset,
• Hand sprayer
• Isolasi
• Lebel


3.2 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan planlet kentang, mengeluarkan planlet dari botol kultur secara hati-hati dengan menggunakan pinset
2. Mencuci planlet pada air yang mengalir sehingga tidak adaagar yang menempel di akarnya
3. Menanamkan planlet tersebut dengan segera pada media pasir yang telah diberi larutan pupuk dari media MS. Dan langsung menuntup kembali dengan gelas aqua lainnya.
4. Meletakkan gelas-gelas aqua yang berisi planlet tersebut pada rak-rak yang telah disiapkan
5. Mengamati pertumbuhannya. (jumlah daun, tunas, tinggi tunas, warna daun, jumlah cabang dan anakan.







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Pengamatan Panjang Akar Minggu ke
1 2 3 4
Diberi Larutan A - - - -
Diberi Larutan B - - - -

Keterangan: potongan planlet baik yang diberi larutan A dan diberi lartan B yang diaklimatisasi pada media pasir mati
4.2 Pembahasan
Pada praktikum aklimatisasi tanaman kentang, dimana aklimatisasi planlet yang dilakukan di dalam botol aqua yang diberi media pasir tidak berhasil. Sebelumnya aklimatisasi ini dilakukan dengan dua perlakuan yaitu perlakuan pertama dengan direndam dengan larutan auksin dan yang kedua tanpa auksin. Perendaman ini ditujukan untuk melihat pengaruh auksin terhadap pertumbuhan akar. Namun pengamatan berikutnya tidak dapat dilakukan karena planlet mati sehingga tidak didapatkan data.
Kematian planket yang diakimatisasi diduga karena kontaminasi planlet sebelum dilakukan akimatisasi. Sebelum aklimatisasi sebagian planlet yang akan diaklimatisasi telah terkntaminasi oleh jamur. Penyebab lain dari kematian planlet diguga karena kekeringan karena selama praktikum tidak dilakukan penyiraman pada planlet yang diaklimatisasi, sehinga planlet tersebut menjadi kerin dan mati.

V. KESIMPULAN

• Alimatisasi planlet kentang yang dilakukan tidak berhasil
• Dalam proses akimatisasi perlu perawatan yang serius dan baik, sehingga tanaman dapat tumbih dengan baik


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Bioteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/?page_id=62. Download 2 Januari 2009.

, 2008. Kultur Jaringan. http://www.tamanmundu.com/budidaya-tanaman/28-budidaya/40-kultur-jaringan.html. Download 2 Januari 2009.

Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur Invitro Dalam Holtikultura. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Kanisius. Yogyakarta.

1 comments: