Jumat, 14 Januari 2011

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR - DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN MUSUH ALAMI HAMA DAN TANAMAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Secara umum populasi organisme di alam berada dalam keadaan seimbang pada jenjang populasi tertentu. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan juga faktor dalam populasi sendiri, yang mengendalikan populasi tersebut. Salah satu kelompok faktor lingkungan itu adalah musuh alami yang mencakup parasitoid, predator, dan pathogen.
Serangga, selain bersifat sebagai hama,banyak pula yang bersifat sebagai predator atau parasitoid. Selain tipe alat mulut yang khas, predator biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih besar daripada mangsanya dan membutuhkan lebih dari seekor mangsa selama hidupnya. Mangsa biasanya lebih kecil , lebih lemah atau kurang lincah. Serangga predator ada yang bertindak sebagai predator pada fase dewasa saja atau larva saja, tetapi ada yang pada fae larva dan dewasa. Seranggga predator banyak berasal dari ordo coleopteran disusul oleh ordo odonata dan hemiptera. Sebagai contoh daro ordo coleopteran adalah Coccinella arcuata dan C. repanda pemakan wereng coklat dan wereng hijau pada padi juga aphis.
Secara umum, parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang paad serangga lain dan dapat menyebabakan kematian pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya secara perlahal- lahan. Kebanyakan parasitoid adalah anggota ordo hemynoptera dan dipteral. Parasitoid dapat berkembang dan menyerang dalam berbagai fase hidup serangga hama (inagnya). Misalnya ada parasitoid telur, larva, nympha, kepompong dan serangga dewasa. Trichogramma (ordo hemynoptera) adalah salah satu contoh parasitoid telur hama pengerek batang padi.
Serangga hama dapat terinfeksi oleh pathogen (agen penyebab penyakit). Agen penyebab penyakit pada serangga hama antar lain berupa nematode, jamur, bakteri, dan virus. Pathogen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh inangnya (hama) dengan jalan merusak integument, melalui spraculum, anus, atau lobang masuk yang lain. Umumnya pathogen masuk lewat mulut atau lat pencernaan. Contoh pathogen serangga adalah Bacillus thuringientis sebagai bakteri pathogen larva Lepidoptera dan metarrhizium anisopliae penyebab penyakit Muscardine hijau pada kumbang kelapa (oryctes rhinoceros).
Kita sudah maklum bahwa serangga hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut.
Musih-musuh alami banyak sekali jenisnya di alam, seperti kumbang tanah, capung, undur undur, kelabang, belalang sembah, tungau, kepik, laba-laba, kalajengking, burung dan lain-lain. Beberapa musuh alami dari hama-hama tanaman pada berbagai jenis tanaman antara:
1. Belalang bertanduk panjang, kumbang coccinella, kumbang mirid, kumbang carabit, labah-labah bermata jalang, laba-laba berahang empat, laba-laba, harimau, dan capung merupakan predator hama wereng coklat, wereng hijau, dan wereng punggung putih pada tanaman padi. Kumbang coccinella juga pemangsa hama putih dan penggerek batang padi.
2. Semut hitam menyerang hama Helopeltis pada buah kakao.
3. Parasit Thripoctenus membunuh hama putih (Thrips tabaci) pada tanaman bawang merah.
4. Tawar kemit (Apanteles artonase) merupakan pemangsa hama ulat Artona yang merusak tanaman kelapa, sagu, enau, pinang, salak, kelapa sawit, tebu.
5. Kepik merah (Diadyanus) merupakan pemangsa hama bubuk kopi (Hypothenemus) yang menyerang buah kopi di pertanaman.
6. Larva Chrysopa dan kumbang Coccinella memangsa kutu dan persik pada tanaman kentang.
7. Kumbang Coccinella juga memangsa kutu daun, kutu perisai, dan tungau pada tanaman singkong dan waloh siam.
8. Parasit Trichogama menyerang ulat buah (Heliothis) dan pengisap daun (Aphis) pada tanaman kapas.
9. Kepik (Rhinocoris) memangsa ulat Prodenia, Heliothis, dan kutu daun pada tanaman tembakau, serta masih banyak lagi musuh-musuh alami dari berbagai jenis hama tanaman yang tidak mungkin disebut satu persatu.
1.2 Tujuan
Untuk mengenal musuh alami hama tumbuhan dan mempelajajari mekanisme permusuhannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem merupakan unit dasar ekologi yang didalamnya berlangsung interaksi antara komponen-komponen penyusunnya. Salah satu komponen utama yang menyusun ekosistem pertanian adalah musuh alami yang mencakup parasitoid, predator, dan patogen. Kehadiran musuh alami tersebut sangat penting guna berlangsungnya proses ekologi seperti predasi dan parasitisme yang berperan mencekal gangguan hama.
Jumlah spesies dan karakterisitik musuh alami sesuatu hama tanaman adalah sangat banyak dan beragam. Semakin mendalam penelitian yang diadakan, semakin besar keragaman yang dijumpai pada musuh-musuh alamiah.
Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) hingga saat ini masih merupakan masalah utama yang membatasi produksi terutama untuk daerah-daerah yang mempunyai iklim tropis. Sementara, penggunaan pestisida sintetik dalam mengendalikan OPT mempunyai resiko yang besar karena dapat menyebabkan reistensi, resurgensi, pencemaran lingkungan, musnahnya musuh alami, timbulnya residu pestisida dalam tanaman dan sebagainya. Pengendalian hayati diharapkan dapat mengurangi efek samping dari penggunaan pestisida dalam mengendalikan serangan OPT.
Menurut Cook and Baker (1989), pengendalian hayati (biological control) adalah pengurangan jumlah inokulum atau aktivitas produksi penyakit (deseases producing-activity) dari patogen yang disebabkan oleh satu atau beberapa organisme selain manusia. Aktivitas produksi penyakit termasuk didalamnya pertumbuhan, keinfektifan, virulensi, agresifitas dan kualitas lain dari patogen. Di dalamnya termasuk:
1) individu atau populasi avirulen atau hipovirulen dari spesies patogen itu sendiri,
2) manipulasi genetik tanaman inang, kultur teknis, atau dengan menggunakan mikroorganisme untuk meningkatkan ketahanan tanaman inang terhadap patogen, dan
3) pemanfaatan antagonis patogen yang diartikan sebagai mikroorganisme yang menginterferensi pertahanan atau aktivitas produksi penyakit dari patogen .
Musuh alami adalah organisme yang mengganggu organisme lainnya. Musuh alami teerdiri dari musuh alami pemangsa/predator, parasitoid, pathogen dan hama. Musuh alami pathogen adalah organisme yang mengganggu pathogen sedangkan musuh alami hama adalah organisme yang mengganggu hama. Bentuk gangguannya dapat berupa hiperparasitik, antagonistic, predatorik, parasitoid dan patogenik.
Berdasarkan tempat hidupnya, maka organisme itu dapat dikelompokkan menjadi
1) Parasit
Organisme yang hidup, makan, berkembangbiak dan merusak. Artinya menimbulkan gangguan pada organism hidup yang ditempatinya (inangnya).
2) Saprofit
Organisme yang hidup pada bagian yang sudah rusak mati atauberkembangbiak pada benda mati.
3) Epifit
Organisme yang hidup pada bagian yang sudah mati pada organism hidup, artinya makan dan berkembangbiak dari bahan yang sudah mati terdapat pada organism hidup tersebut.
Secara alami, pathogen merupakan musuh tanaman tetapi pathogen juga mempunyai musuh yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan pathogen. Mekanisme permusuhannya dapat berupa antagonistic dan hiperparasitik. Musuh alami yang antagonistic biasanya menghasilkan antibiotic yang berfungsi menghambat atau membunuh pathogen (organism lain). Musuh alami yang hiperparasit hidupnya dengan cara memarasit pada pathogen. Contoh musuh alami pathogen adalah Trichoderma harzianum, Gliocladium virens, dan Pseodomonas fluorescens.
Secara harfiah, predator dapat dikatakan sebagai pemangsa. Namun, dalam hubungannya dengan jaring-jaring makanan predator merupakan konsumen tingkat-2 sampai tingkat selanjutnya yang memangsa tingkat yang lebih kecil. Jadi, predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakan binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang. Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis seluruh tubuh. Untuk melengkapi daur hidupnya untuk tujuan kelangsungan hidup , seekor predator memerlukan beberapa bahkan banyak mangsa. Hal ini berbeda dengan parasit. Parasit memerlukan satu ekor inang saja sebagai tempat untuk melengkapi daur hidupnya.
Kita sudah mengetahui bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut.
Keberadaan dan pentingnya predator dalam ekosistemnya dapat kita lihat kasus sebagai berikut : saat kita memulai menanam padi, maka saat itu juga kita memulai menciptakan sebuah komunitas baru pada areal penanaman padi. Pada saat bersamaan kita tidak hanya menanam padi melainkan juga hama penghisap bulir, penggerek batang, penyakit malai, penyakit busuk malai, predator Lycosa pesudoannulata, Pederus fuscifes, Ophionea nigrofasciata dan kumbang coccinella yang semuanya terkait dengan tanaman padi yang kita tanam. Begitu pula halnya dengan tanaman perkebunan yang dibudidayakan.
Penggunaan pestisida yang berlebihan, berspektrum luas dan tidak selektif disertai tehnik budidaya yang kurang baik akan berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem, karena tidak hanya hama saja melainkan semua pemangsanya pun turut musnah. Dan bila terjadi ledakan populasi hama yang baru, jumlah predator yang ada tidak mencukupi sehingga pengendalian biologis tidak akan efektif.
Melihat pentingnya peran predator dan parasit dalam menjaga dan mengendalikan populasi hama, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan insektisida yang berspektrum luas, aplikasi insektisida dengan melakukan pengamatan perbandingan jumlah hama dan musuh alami, bahkan bila perlu dalam suatu areal penanaman dilakukan manipulasi lingkungan agar mendukung peran dan jumlah musuh alaminya. Penggunaan insektisida yang berspektrum luas akan membunuh hama sekaligus musuh alaminya. Apabila aplikasi insektisida ini tetap dilakukan maka akan muncul resurgensi yaitu meledaknya populasi hama setelah dilakukan penyemprotan insektisida dibandingkan petak lain yang tidak diaplikasikan insektisida. Salah satu sebab timbulnya resurgensi adalah hilangnya musuh alami hama karena aplikasi insektisida yang berspektrum luas sehingga ikut terbunuh saat penyemprotan. Karena tidak adanya musuh alami maka hama leluasa berkembang biak tanpa adanya pengendali di alam terhadap populasinya.
Predator adalah hewan yang memangsa (memakan) hewan lainnya. Predator biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih besar daripada mangsanya dan dapat berasal dari vertebrata maupun avertebrata. Serangga, selain bersifat sebagai hama, banyak pula yang bersifat sebagai predator atau parasitoid. Serangga predator ada yang bertindak sebagai predator pada fase dewasa saja atau larva saja, tetapi ada yang pada fae larva dan dewasa. Serangga predator banyak berasal dari ordo coleoptera disusul oleh ordo odonata dan hemiptera. Sebagai contoh daro ordo coleopteran adalah Coccinella arcuata dan C. repanda pemakan wereng coklat dan wereng hijau pada padi juga aphis.
Laba-laba adalah contoh pemangsa yang dikenal secara umum. Beberapa jenis laba-laba membuat jarring. Laba-laba tersebut menunggu di jaringnya sampai serangga yang terbang terperangkap. Laba-laba mendekati serangga itu dengan cepat, menggigit dan langsunng memakannya. Kadang-kadang menyimpan untuk dimakan kemudian. Beberapa jenis laba-laba lainnya tidak membuat jarring tetapi berpeindah-pindah dalam kebun untuk member mangsa. Hal yang sama juga banyak dilakukan oleh banyak jenis serangga pemangsa. Serangga tersebut memburu dan memakan serangga lain.
Secara umum, parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang pada serangga lain dan dapat menyebabakan kematian pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya secara perlahal- lahan. Kebanyakan parasitoid adalah anggota ordo hemynoptera dan dipteral. Parasitoid dapat berkembang dan menyerang dalam berbagai fase hidup serangga hama (inagnya). Misalnya ada parasitoid telur, larva, nympha, kepompong dan serangga dewasa. Trichogramma (ordo hemynoptera) adalah salah satu contoh parasitoid telur hama pengerek batang padi.
Banyak jenis tawon memasukkan telurnya ke dalam tubuh ulat atau seranggalain. Telur itu menetas dalam ulat, dan larva tawon yang sangat kecil memakan tubuh ulat (inang) dari dalam, sehingga ulat mati. Inilah yang disebut dengan endoparasitoid.ada juga parasitoid yang meletakkan telurnya di permukaan inangnya, kemudian menetas dan larvanya memakan dengan cara menghisap cairan tubuh dari luar sampai inangnya mati, dan inilah yang disebut dengan ektoparasitoid.
Serangga hama dapat terinfeksi oleh pathogen (agen penyebab penyakit). Agen penyebab penyakit pada serangga hama antar lain berupa nematode, jamur, bakteri, dan virus. Pathogen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh inangnya (hama) dengan jalan merusak integument, melalui spraculum,anus, atau lobang masuk yang lain. Umumnya pathogen masuk lewat mulut atau lat pencernaan. Contoh pathogen serangga adalah Bacillus thuringientis sebagai bakteri pathogen larva Lepidoptera dan metarrhizium anisopliae penyebab penyakit Muscardine hijau pada kumbang kelapa (oryctes rhinoceros).
Perkembangan parasitoid dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.
a. Ketahanan Varietas.
Varietas tahan yang menghambat perkembangan hama akan berakibat secara tidak langsung menghambat pada perkembangan populasi serangga parasitoid.
b. Inang.
Keberadaan serangga hama (inang) dalam jumlah tertentu yang belum menimbulkan kerusakan ekonomi, baik utnuk mempertahankan adanya populasi parasit sehingga dapat mencegah timbulnya ledakan hama.
c. Pestisida Kimia.
Insektisida yang berspektrum luas disamping membunuh serangga hama, juga dapat memusnahkan serangga parasit. Untuk menjaga kelestarian parasit perlu menggunakan insektisida yang selektif membunuh hama tanpa membunuh parasitoid. Aplikasi insektisida hanya boleh dilakukan pada saat-saat sudah sampai pada ambang ekonomi yang merugikan.
d. Pola Tanam.
Pada pola tanam campuran atau tumpangsari parasitoid akan berkembang lebih baik dari pada di pertanaman monokultur untuk tanaman semusim, karena ketersediaan makanan yang berkelanjutan pada pola tanam campuran.
e. Sifat Polifag Parasitoid.
Parasitoid yang mempunyai banyak inangnya (polifag) dapat bertahan dalam berbagai ekosistem. Sedangkan parasitoid yang hanya mempunyai satu inang, mudah punah disuatu daerah yang pola tanamnya monokultur seperti padi atau jagung dimana setelah dipanen hama tidak ada lagi, yang berarti tidak ada makanan untuk parasitoid.
f. Hyperparasit.
Adanya parasitoid sekunder yang memarasit parasitoid primer akan menekan perkembangan parasitoid primer yang berarti membantu perkembangan hama.
g. Pengolahan tanah.
Pengolahan tanah sempurna akan menurunkan populasi serangga hama maupun bukan hama sebagai inang parasitoid, sehingga akibatnya populasi parasitoid menurun sejalan dengan penurunan populasi inangnya. Persiapan lahan secara tanpa olah tanah (TOT) dan pengolahan tanah setengah sempurna meninggalkan gulma penutup tanah tetap hidup, memberi peluang bagi serangga hama dan non hama dapat bertahan hidup, yang merupakan inang bagi parasitoid untuk bisa bertahan hidup.
Penggunaan serangga parasit dalam pengendalian serangga hama tanaman pada umumnya dapat dilakukan melalui empat kegiatan yaitu: introduksi, perbanyakan, pelepasan, dan pelestarian.
1. Introduksi.
Untuk pengendalian hama disuatu daerah yang belum ada parasitnya, perlu dilakukan impor atau introduksi parasit dari luar negeri. Parasitoid Diadegma semiclausum dari Selandia Baru pernah diimpor ke Indonesia untuk mengendalikan hama kubis Plutella xylostella. Parasitoid ini telah berkembang di Pacet tahun 1953, di Lembang tahun 1968. Pada 1988 diintroduksi ke Sulawesi Selatan dan Utara. Cotesia plutella pertama kali diintroduksi dari AVRDC Taiwan ke Indonesia pada tahun 1989 untuk mengendalikan P. xylostella.
2. Perbanyakan.
Parasit yang baru diintroduksi perlu dibiakkan secara massal di laboratorium sebelum dilakukan pelepasan di lapangan. Di laboratorium parasit diberi makanan dan inangnya.
Contoh : Skema perbanyakan parasit C. plutella dan D.
3. Pelepasan.
Pelepasanan musuh alami dikenal dengan istilah “augmentasi”. Ada dua cara pelepasan yaitu pertama “inokulasi” pelepasan dalam jumlah terbatas, dan kedua “inundasi” untuk pelepasan dalam jumlah besar (Setiawati et al., 2004). Pelepasan parasitoid D. semiclausum pada pertanaman kubis efektif mengendalikan hama P. xylostella. Pelepasan H. varicornis pada pertanaman kentang juga mampu menekan populasi hama L. huidobrensis (Asandhi dan Setiawati, 2000 dalam Setiawati et al., 2004) dan pelepasan Trichogrammatoidae armigera efektif dalam menekan hama H. armigera (Usyati et al., 2003 dalam Setiawati et al., 2004). Trichogramma evanescens juga mampu menekan hama penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis (Nonci dan Masmawati, 2004).
4. Pelestarian.
Agar pengendalian hayati dapat berjalan secara berkesinambungan, perlu adanya tindakan pelestarian atau konservasi (De Bach, 1979 dalam Setiawati, 2004). Dalam upaya melestarikan parasitoid yang telah dilepas di lapangan segala tindakan yang dapat menurunkan populasi parasitoid perlu dihindari. Pelestarian menyangkut manipulasi lingkungan yang menguntungkan kehidupan parasitoid seperti menyediakan gulma atau tanaman yang memproduksi tepung sari sebagai makanan dan tempat berlindung. Menurut van Driesche dan Bellows (1996) dalam Setiawati (2004), tindakan konservasi yang dapat dilakukan yaitu :
 Penggunaan pestisida secara terbatas dan selektif
 Menyediakan tempat perlindungan parasit
 Memodifikasi sistim budidaya tanaman



BAB III
METODOLOGI
1.1 Alat dan Bahan Praktikum
1.1.1 Alat
• Mikroskop stero
• Loup
• Pinset
• Cawan perti
• Gelas preparat
• Gelas penutup preparat
• Jarum tombak.

1.1.2 Bahan
a) Predator hama tumbuhan yang terdiri dari capung (Macromidae),belalang sembah (Mantodea), cecopet (Forficulidae), undur-undur (Myrmeteontidae).
b) Parasitoid hama tumbuhan yang terdiri dari Braconidae.
c) Pathogen hama tumbuhan yang terdiri dari Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, Nematode entomophaga ,steinernema sp,Bacillus thuringiensis.

1.2 Cara kerja

1. Menggambar dan memberi keterangan biakan, koloni atau specimen musuh alami yang tersedia.
2. Mengamati preparat yang ada dengan menggunakan mikroskop atau loup.
3. Diperhatikan cirri-ciri penting yang membedakan dari lainnya
4. Disebutkan taksonominya dan diberi keterangan tentanng hal-hal yang penting.
5. Menjelaskan bagaimana mekanisme permusuhannya dari masing-masing specimen.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Mettharrhizium sp







Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nama musuh alami : pathogen serangga, seperti berbagai jenis wereng, kepik dan kumbang
Kingdom : Fungi
Divisio :
Phylum : Ascomycota
Kelas :
Ordo :
Familia :
Genus :
Species :
Ciri-ciri penting : Mettharrhizium mematikan hama dengan cara menginfeksi tubuh inang, termasuk golongan pathogen serangga Ordo Monilles, Famili Moniliaceae. Cendawan ini berwarna putih,penyebaran spora melalui air atau terbawa angin. Spora menginfeksi tubuh serangga melalui integument/jaringan lunak. Berkembang membentuk hifa putih, pasa saat spora terbentuk cendawan pathogen berubah menjadi hijau gelap atau hijau derah.

2. Capung







Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Subordo : Epiprocta
Infraordo : Anisoptera
Suku : Aeshnidae, Austropetaliidae, Cordulegastridae, Corduliidae, Gomphidae, Libellulidae, Macromiidae, Neopetaliidae, Petaluridae
Ciri-ciri penting : kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pradewasa anak-anaknya.

3. Cecopet







Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Dermaptera
Famili : Forficulidae
Ciri-ciri penting : tubuh berwarna hitam, ukuran 11-17 cm, memiliki penjepit pada ekornya yang digunakan untuk mengambil dan memegang mangsanya serta sebagai pertahanan diri. Kebanyakan cecopet aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari mereka bersembunyi di dalam tanah. Kadang-kadang menggerek batang tanaman untuk mencari mangsa.



4. Belalang Sembah












Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kerajaan :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Mantodea
Ciri-ciri penting : Belalang sembah adalah salah satu dari segelintir serangga yang dapat memutar kepalanya. Belalang sentadu atau belalang sembah adalah serangga yangn termasuk ke dalam ordo Mantodea. Dalam bahasa Inggris, serangga ini biasa disebut praying mantis karena sikapnya yang seringkali kelihatan seperti sedang berdoa. Kata mantis berasal dari bahasa Yunani "Mantes" yang berarti "nabi" atau "peramal nasib". Belalang sembah yang agak bergerak lambat, besar dan memanjang yang penampilannya menakjubkan karena keanehan tungkai-tungkai depan mereka yang mengalami modifikasi, yaitu tipe tungkai raptaorial. Umumnya belalang adalah hamper padasemua stadia hudupnya merupakan predator, makanannya beberapa jenis serangga dan biatang lainnya. Memiliki ukuran prothorax yang panjang, tungkai depannya panjang lagi kuat segai alat perangkap mangsa.

5. Semut kecil








Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nama musuh alami : Tawon, lebah, dan semut kecil
Kerajaan :
Filum :
Kelas :
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apocrita
Family : Braconidae
Ciri-ciri penting : Serangga kecil yang berukuran jarang melebihi 15 mm. Sayap depan serangga dari famili ini tidak mempunyai sel costa dan vena 2m-cu. Serangga kecil ini meletakkan telurnya pada saat hari yang sama setelah imago betina keluar dari pupa.

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jamur sebagai musuh alami pathogen menyerang mangsanya dengan cara menginfeksi tubuh inangnya yang kebanyakan melalui melalui integument/jaringan lunak selain itu ada juga memarasit inangnya dengan cara menutupi atau membungkus patogen, memproduksi enzim-enzim dan menghancurkan dinding sel patogen hingga patogen mati.
Metarrhizium adalah penyakit muscardine hijau pada kumbang kelapa (orycetes rhinoceros). Metarrhizium merupakan musuh alami dari Orycetes rhinoceros. Mettharrhizium mematikan hama dengan cara menginfeksi tubuh inang, Metarrhizium anosophae dapat masuk ke dalam tubuh inangnya dengan merusak integument melalui spiraculum, anus, atau lubang masuk lainnya.
Predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakan binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang. Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis seluruh tubuh. Untuk melengkapi daur hidupnya untuk tujuan kelangsungan hidup , seekor predator memerlukan beberapa bahkan banyak mangsa. Hal ini berbeda dengan parasit. Parasit memerlukan satu ekor inang saja sebagai tempat untuk melengkapi daur hidupnya.
Capung atau sibar-sibar dan capung jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Capung umumnya bertubuh relatif besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping, memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum, dan hinggap dengan sayap-sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggungnya. Hampir pada semua stadia hidupnya merupakan predator, makanannya beberapa jenis serangga dan binatang lainnya. Jenis capung tidak mengganggu manusia, seperti menggigit dan menyengat dan yang dewasa mudah dikenal. Capung memiliki 2 pasang sayap yang panjang, berupa selaput dan jari-jari sayap yang banyak. Antenanya pendek dan bermata majemuk besar. Tipe abdomen panjang dan langsing dan tipe alat mulut penggigit pengunyah. Alat kelamin betinanya terdapat pada bagian yang segmen, sedangkan alat kelamin jantan terdapat pada abdomen segmen ke dua. Alat pernapasan terdapat pada sayap yang disebut “pterostigma”. Nimfanya hidup didalam air yang disebut najad dengan inang trakea dan metamorfosisnya disebut hemimetabola. Odonata memiliki sifat senang terbang. Capung jantan selalu menjaga betinanya bilamana sedang bertelur.
Cecopet merupakan predator, yang ukuran tubuhnya lebih besar dari mangsanya, dan membutuhkan lebih dari seekor mansa selama hidupnya. Jika ulat-ulat kecil yang mencari batang dengan cara mengikuti arah aliran air itu lolos dari serangan alami, maka ulat-ulat akan masuk kedalam batang padi. Namun demikian hama tersebut telah masuk kedalam batang, belum berarti bahwa hama telah anon dari musuhnya. Cecopet merupakan musuh alami penggerek padi yang isa memangsa ulat penggerek batang yang sudah masuk ke dalam batang. Cecopet bergerak menuju kedalam batang dimana ulat penggerak batang tinggal. Setelah sampai didalam maka cecopet akan memangsa ulat tersebut, kemudian cecopet akan pindah ke batang yang lain.
Belalang merupakan familia manroda memiliki ukuran prothorax yang panjang, tungkai depannya panjang lagi kuat segai alat perangkap mangsa, memiliki sikop seperti sedang menyembah.kepalanya berbentuk segitiga kecil yang bebas bergerak. Bila dibandingkan kepalanya memiliki mata majemuk berukuran basar. Sebagai predator makanannya dalah segala serangga- serangga kecil. Inangnay kurang bergerak dan hanya menunggu mangsa yang lewat. Akan tetapi bisa juga bersifat konikal, jenis betinanya memangsaa yang jantan setelah baru kawin. Metamorfosisnya keadaanya tidak sempurna, termasuk perubahan bentuk yang bertahap (gradual metamorphosis) selama siklus hidupnya banyaknya tiga stadia yaitu telur, nimfa, imago. Sedangkan nimfa yang masih muda pada permulaan perkembangannya tidak memiliki sayap, dan memiliki tipe alat mulut penggigit pengunyah.
Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid mirip dengan parasit khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan parasit khusus, parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan pada inang. Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan untuk tumbuh tanpa mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid, inang dibunuh, normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagi bentuk parasitisme, istilah nekrotrof terkadang digunakan, meski jarang. Jenis hubungan ini nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi yang cepat, seperti serangga, atau tungau (jarang). Parasitoid juga sering berkembang bersama dengan inangnya.
Hymenoptera adalah salah satu ordo biologi serangga, yang antara lain terdiri atas tawon, lebah, dan semut. Hymenoptera terbagi atas 2 subordo yaitu Symphyta (golongan Sawflies) dan Apocrita (Golongan semut, tabuhan, lebah, dan parasitic wasps). Pada Famili Braconidae merupakan salah satu kelompok utama parasitoid yang terdiri dari spesies-spesies yang sangat efektif untuk menekan kenaikan populasi hama penting tanaman. Parasitoid Braconidae dapat bersifat endoparasotoid atau ektoparasitoid. Umumnya parasitoid endoparasitoid terdapat pada inang yang hidup terbuka. Serangga Famili Braconidae umumnya merupakan serangga kecil yang berukuran jarang melebihi 15 mm. Sayap depan serangga famili ini tidak mempunyai sel costa dan vena 2m-cu. Ciri-ciri lain dari Famili Braconidae adalah tergum ke-2 metasoma bergabung dengan tergum ke-3. Siklus hidup sebagian besar anggota Braconidae relatif singkat. Larva, jumlah instar larva parasitoid mulai dari instar pertama sampai instar terakhir sangat beragam tergantung dengan genus dan spesiesnya. Pupa Hymenoptera parasitoid bertipe eksarata yang berkokon atau tidak berkokon. Parasitoid yang larvanya hidup di dalam inang atau pada inang yang hidup tersembunyi membuat atau tidak membuat kokon sedang parasitoid yang menyerang inang yang hidupnya terbuka umumnya membuat kokon. Imago Hymenoptera parasitoid jantan dan betina yang baru keluar dari pupa dapat segera melakukan kopulasi bila keluar secara bersamaan. Namun pada beberapa spesies kopulasi kadang-kadang terjadi setelah beberapa hari keluar dari pupa. Beberapa spesies Hymenoptera parasitoid mengalami periode praoviposisi, yaitu selang waktu sejak imago betina keluar dari pupa hingga saat peletakkan telur pertama. Periode praoviposisi umumnya singkat, hanya beberapa hari. Spesies dari Famili Braconidae dapat meletakkan telurnya pada saat hari yang sama setelah imago betina keluar dari pupa.








BAB V
KESIMPULAN

Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:
 Musuh alami patogen adalah organisme yang mengganggu pathogen, sedangkang musuh alami hama adalah organisme yang mengganggu hama.
 Tumbuhan parasit adalah tumbuhan yang untuk kelangsungan hidupnya menggantungkan sebagian atau seluruh sumber energinya pada tumbuhan lain (disebut tumbuhan inang) dan mengakibatkan inangnya mengalami kekurangan energy.Dalam pengertian ini tidak termasuk persaingan antarorganisme, maupun pemangsaan yang dilakukan oleh beberapa tumbuhan insektivora.
 Parasitoid dapat diartikan sebagai serangga yang hidup menumpang pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian pada serangga lain dan dapat menyebabkan kematian inangnya. Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil daripada inangnya (serangga hama) dan satu individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa larva atau kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya secara perlahal- lahan.
 Predator dapat dikatakan sebagai binatang atau organisme yang memakan binatang/organisme lainnya untuk mempertahankan hidupnya dan dilakukan secara berulang-ulang. Ukuran tubuhnya lebih besar daripada mangsanya dan membutuhkan lebig dari seekor mangsa selama hidupnya. Dapat dilihat Contohnya pada laporan ini, yaitu: capung (Macromidae), belalang sembah (Mantodea), cecopet (Forficulidae),.
 Keberadaan predator dalam suatu ekosistem mutlak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan lingkungan yang ada. Predator merupakan serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menghisap cairan atau memangsa habis seluruh tubuh.
 Beberapa tumbuhan bersifat parasit hanya dalam sebagian tahap perkembangannya. Tumbuhan semacam ini diberi istilah hemiparasit ("setengah parasit"). Contohnya adalah cendana, penghasil kayu cendana.
 Usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut.
 Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Ukuran tubuhnya lebih kecil daripada mangsanya dan hidupnya menumpang pad seramgga lain yang dapat menyebabkan kematian pada inagnya dan memerlukan suatau individu inang untuk berkembang menjadi dewasa.
 Perkembangan parasitoid dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut.
• Ketahanan Varietas.
• Inang.
• Pestisida Kimia.
• Pola Tanam.
• Sifat Polifag Parasitoid.
• Hyperparasit.
• Pengolahan tanah.
 Penggunaan serangga parasit dalam pengendalian serangga hama tanaman pada umumnya dapat dilakukan melalui empat kegiatan yaitu: introduksi, perbanyakan, pelepasan, dan pelestarian.















DAFTAR PUSTAKA

Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya.
Harjaka, T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Rustam, rusli. 2004. Potensi Parasitoid Opius sp. (Hymenoptera; Bracondiae) Dalam Menekan Populasi Hama Pengorok daun Liriomyza sp. (Diptera; Agromyzidae). http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/rusli_rustam.pdf
Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius.Yogyakarta.
Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Karsapoetra, A.G. 1990. Pengendalian Hama Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Yogyakarta